Sabtu, 01 Agustus 2015

Sword of Truth Chapter 3: 1 Year Trainning

Maaf sebelumnya beberapa hari lalu saya sakit, sehingga tidak dapat meng-upload chapter 3. 
Kedepannya akan diinfokan bila terjadi hal yang tidak diinginkan.
Enjoy..

Chapter 3: 1 Year Trainning Part 1


Keesokan harinya Elpis berlatih dihalaman rumahnya bersama sang ayah. “Ulangi! Ulangi! Ulangi” Agenor berkali-kali berteriak, mengarahkan Elpis latihan dasar untuk menjadi kesatria nephilin. 


“Ayah, Latihan ini sulit sekali. Sudah berkali-kali kucoba namun tetap gagal” Elpis berlatih untuk mencapai tahap kedua dalam berlatih menggunakan energi alam, yaitu untuk mencapai tingkat Building Stage. 



“Tentu saja ini sulit, bila latihan ini mudah bahkan para petani akan menjadi kesatria” Agenor menghela napas sambil menggelengkkan kepalanya. “Meskipun dia memililki meridian dan pembuluh darah yang luar biasa, dia tetap saja masih anak-anak” Agenor berbicara dalam hatinya.


Saat Elpis sedang berlatih dengan serius, terkadang ayahnya meninggalkannya dan membiarkannya untuk mendapat pemahamannya tersendiri. Tiba-tiba terdengar suara gadis kecil memanggilnya dari kejauhan.


“Elpis..” Suara manis anak perempuan itu membuat Elpis seketika memalingkan wajahnya. “Anna, sedang apa kau kemari? Bukankah seharusnya kamu berlatih?” Elpis bertanya dengan ekspresi polosnya.


“Haah.. Latihan untuk menjadi perawat suci sangat sulit, ibuku bahkan berkali-kali memarahiku. Itu membuat telinga-ku sakit, oleh sebab itu aku lari dari latihan untuk menemuimu, hehe” Anna tertawa dengan ekspresi tombonya.


Anna adalah anak kepala desa dan ibunya adalah satu-satunya perawat suci yang juga memiliki kemampuan bertarung, sifat tomboinya sudah bisa ditebak berasal dari ibunya.


“Hei Elpis, ayo kita main” Anna memberikan ide sambil tersenyum lebar. 


“Maaf Anna, aku tidak bisa, aku harus berlatih, kau tau kan aku ini berbeda dari yang lain. Lagi pula kamu harus mempersiapkan diri untuk ujian untuk masuk sekolah dasar para pahlawan dikota. Belum lagi ujian masuknya sangat lah sulit” Elpis protes dengan muka cemberut ke arah Anna. 


“Sudah tidak usah dipikirkan, ayo kita pergi” Anna memaksa Elpis untuk ikut dengannya. Ketempat dimana mereka sering bermain dan  berlatih. Yaitu ditepian sungai dekat hutan foloi.


Tempat mereka berlatih ditumbuhi bunga-bunga, dan penuh dengan serangga-serangga kecil bertebangan, membuat tempat tersebut begitu indah. 


“Elpis, tempat ini indah ya. Berkali-kali kita kesini tapi tetap memberikan kedamaian untukku” Anna duduk di dekat bunga-bunga, membuat gadis kecil ini terlihat seperti peri.


“Ah, iya” Jawab Elpis singkat, Elpis tertegun melihat Anna. Meskipun Elpis masih anak-anak dan belum mengerti arti cinta tetap saja hal tersebut membuatnya terkagum.


“Anna, Kau terlihat seperti peri” Kata Elpis dengan polosnya


“Thump.. Ah, Sakit Anna mengapa kau memukulku, perkataanmu aneh, itu membuatku malu tau” Ucap Anna dengan wajah memerah.


Anna adalah satu-satuya anak didesa yang mau bermain dengan Elpis, sedangkan anak-anak lain seringkali mengejek dan kadang melempari Elpis dengan lumpur, Anna adalah orang yang selalu melindunginya


“Anna, aku berjanji mulai hari ini aku tidak akan lagi menjadi anak yang lemah. Sekarang aku akan melindungi Anna” Elpis mengingat Anna yang selalu melindunginya.


“Thump..” Anna memukul Elpis lagi. “Bodoh, aku ini tidak akan kalah denganmu jadi kau tidak perlu melindungiku. Haha” Anna tertawa sambil berjalan kearah desa.


Dijalan kearah desa Elpis dan Anna bercanda dan tertawa sepanjang jalan. T


“Hei Cacat!” Suara seorang anak berteriak dari belakang Elpis dan Anna. 


“Kurang ajar, siapa yang berani menghina Elpis!” Anna berteriak dengan penuh amarah. 


“Hei perempuan cerewet, diam saja kau!” suara tersebut ternyata adalah suara Manases, seorang anak sombong yang ayahnya adalah salah satu hunter yang terkenal didesa.


“Hey, Elpis. Apakah kau tidak malu bersembunyi di balik perempuan gila itu terus” Suara Manases dan teman-temannya, menghina Elpis dan Anna.


“Hey, Moprhee. Mungkin kau lebih kuat, tapi apa yang kau lakukan tidak ada bedanya dengan penjahat! Aku tidak akan membiarkan engkau menghina Anna”. Elpis berlari kearah Moprhee berusaha memukulnya, namun Elpis berlum pernah menerima pengajaran tentang teknik bertarung dan pergerakan kaki. Sehingga dengan mudah Moprhee memukulnya jatuh. 


“Ughh, Sial andai saja ayah mengajariku teknik bertarung dan gerakkan kaki para kesatria: Elpis mengeluh dalam hatinya, namun dia tidak menyerah dan kembali menyerang Manases. Anne berusaha menolong Elpis namun teman-teman manases memeganginya. 


“Lepaskan aku, jangan sakiti Elpis” Anna berteriak penuh emosi, berusaha melepaskan diri.


“Akhirnya Elpis menjadi sasaran latihan untuk Moprhee, seluruh tubuhnya penuh luka dan goresan. Namun tiba-tiba terjadi hal yang mengejutkan. Dalam keadaan setengah sadar, Elpis berhasil menyalurkan energi alam keseluruh tubuhnya, goresan-goresan kecil menghilang dari tubuhnya. Elpis merasakan ada kekuatan yang mengalir dalam tubuhnya. Sekali lagi Elpis berlari kearah Moprhee dan mengarahkan tangan kanannya kearah Moprhee.


“Hiyaa, Rasakan ini manases” Elpis berteriak keras kearah Moprhee sambil mengarahkan pukulannya yang diperkuat energi alam ke arah Moprhee. 


“Huuh” Morphee dengan senyum sinis, menganggap enteng pukulan Elpis dan “boom” Pukulan keras menghantam kepala Morphee, kemudian Morphee terjatuh dan tak sadarkan diri. Hal tersebut tidak aneh sebab Morphee tidak menghindar, dan tidak menggunakan energi alamnya sehingga dia terjatuh dan pingsan. Untuk anak berumur 7 tahun menerima pukulan keras bukan hal yang biasa. 


“Morphee.. Morphee” Teman-teman Morphee berteriak, sebagian tercengang dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun.


“Haha, Rasakan itu anak sombong” Suara Anna penuh tawa melihat keadaan Morphee.


“Elpis, Engkau tidak akan selamat dari ini” Parlan berteriak ke arah Elpis. Berusaha untuk mengepungnya. “Rasakan ini” Anak-anak itu mengepung Elpis dan memukuli dia.

“Hey Kalian! Anak Nakal !” Agenor berteriak penuh murka.
“Beraninya kalian memukuli anakku” Agenor berteriak dengan muka yang menyeramkan, seketika wajah seluruh anak-anak tersebut pucat. Mereka tidak membayangkan pria terkuat didesa, memergoki mereka memukuli anaknya.

“Lari” Parlan berteriak seluruh anak-anak itu berlari dan sebagian memikul Morphee.


“Paman” Ucap anak singkat, wajahnya pun pucat. Agenor terlihat sangat menakutkan saat itu.


“Ma..ma..aaff paman, Aku yang mengajak Elpis bermain. Jangan hukum dia” Anna mencoba membela Elpis.


“Diammm..Pulanglah.. Kembali berlatih bersama Melyne (Ibu Anna)” Ucap Agenor sambil membalikan diri menggendong Elpis yang tak sadarkan diri. 


 Agenor memang terkenal tegas dan disiplin didesa. Dimerupakan pemimpin pasukan seratus, sehingga dia hormati. Bahkan ayah Morphee pun tidak berusaha membuat masalah  dengannya.


“Anak ini, belum selesai berlatih, sudah mulai bermain. Sepertinya aku harus lebih tegas padanya” Agenor berbicara dalam hatinya, sambil memandang wajah anaknya yang penuh luka.


Sesampainya dirumah, Mara membasuh seluruh tubuh Elpis dengan air, dan Nenek Megan mengobatinya. Untungnya luka yang dialami Elpis hanya luka pada bagian luar, sehingga isitirahat yang cukup dapat menyembuhkannya. 


Keesokan harinya latihan baru dimulai. 


“Elpis.. Elpis.. Bangun, kalau kau terlambat ayah akan memarahimu” Mara membangunkan Elpis lembut. Pikirnya karena dia masih kelelahan seharusnya dibiarkan beristirahat lebih lama. Namun Agenor menolak keras, dia berkata hal ini baik untuk Elpis.


“Baik, Bu..” Elpis bangun mencuci mukanya dan kemudian mengganti pakainnya menjadi pakaian latihan.


“Pagi yah” Kata Elpis mengucapkan salam. Namun Agenor hanya diam tak menjawab. Elpis tahu bahwa ayahnya marah padanya.


“Ayah, Ma..aaf kemarin aku lalai dalam berlatih” Ucap Elpis penuh penyesalan. 


“Diam! Yang kau lakukan bukanlah lalai, tapi menyepelekan latihan, menyepelekan latihan artimya menyepelekan kekuatan, bila engkau tidak kuat engkau tidak akan bisa melindungi orang-orang yang berarti bagimu!! Agenor marah dan membuat Elpis hanya bisa menundukan kepalanya.


“Tegakkanm kepalamu! Seorang laki-laki harus bertanggung jawab atas kesalahannya! Dan untuk membayar kesalahanmu itu lakukan push up 100 kali! Perintah Agenor. Agenor menghukum Elpis untuk melatih tubuh sekaligus membiarkan dia merenung.


“92.. 95..99..100” Setelah melakukan push up Elpis berdiri, nafasnya tidak beraturan. Tangan dan kakinya gemetar.


“Bagus, Hari ini ayah akan memberikan jadwal latihan rutinmu. Jam 05:00 Pagi sampai jam 10:00 pagi, engkau berlatih bersama ayah dan kakek, kami akan bergantian mengajarimu. Pukul 11:00 pagi sampai pukul 14:00 Siang, engkau berlatih panah bersama ibumu. Pukul 16:00 Sore engkau berlatih pengobatan bersama nenek. Dan malam setelah makan malam, lakukan meditasi dan jangan tidur sampai latihan selanjutnya.


“Hmm, baiklah” Elpis berfikir, apakah dia mampu melakukannya? Namun dia merasa percuma memikirkannya, dan mulai berlatih bersama ayahnya.  Ditengah latihan Elpis bertanya:


“Ayah, saat aku bertarung dengan Morphee kemarin, aku tiba-tiba merasakan energi dalam tubuhku bisa amengalir keseluruh tubuhku yah” Elpis menceritakan perkelahiannya kemarin.


“Benarkah? Lakukan posisi mediatasi, tunjukkan pada ayah” Agenor meminta Elpis menunjukkannya.


“Baik” Jawah Elpis singkat, kemudian duduk bersila dan mengabil posisi meditasi” Beberapa saat kemudian aura tipis menyelimuti tubuh Elpis. 


“Hmm.. Anak ini.. Bisa menguasai tahap kedua hanya dalam satu hari, bakatnya sungguh-sungguh mengerikan” Mata Agenor membesar, dia dikejutkan oleh pencapaian anaknya yang tidak normal. Biasanya membutuhkan setidaknya 5 bulan untuk menguasai Building Stage. 




<Previous Chapter                                                                                 Next Chapter>




Tidak ada komentar:

Posting Komentar